“tidaklah
seseorang merahasiakan sesuatu, kecuali Allah pasti akan mengungkapnya melalui
rona wajahnya, dan ucapan lisannya,” ( Utsman bin Affan ra.)
sumber: qinta.devianart.com |
Mata
kita, pasti senang melihat pemandangan yang indah, mata kita cenderung menyukai
sesuatu yang indah dilihat. Sesuatu yang telah memikat pemandangan, biasanya
lebih mudah memikat hati. Banyak benarnya, sebuah syair menyebutkan, “ tidaklah
kau lihat mata lebih dekat dan menjadi pemimpin hati. Sesuatu yang yang
dianggap nikmat oleh mat, maka hatipun akan merasakan nikmatnya.”
Mata
memang seperti penentu bagi sikap hati. Pandangan yang dinilai tidak enak bagi
mata, akan memunculkan rasa tidak suka di dalam hati. Mata yang terluka oleh
pandangan yang tidak enak, mudah memberikan luka juga bagi hati.
Islam
sangat memperhatikan keindahan yang menunujukan pandangan mata. Tentu tidak
hanya keindahan penampilan fisik, tapi juga keindahan sikap dan perilaku yang
membuahkan kesejukkan hati bagi yang melihatnya. Dua aspek itu, keindahan
penampilan dan perilaku, bila disandingkan menjadikan keadaan yang sempurna. Manusia
akan lebih mudah jatuh hati, pada siapa pun yang berpenampilan baik dan
berkelakuan baik.
Rasulullah
bersabada bahwa “ sesungguhnya penampilan yang baik, tidak terburu-buru dan
berhemat adalah bagian dua puluh lima bagian kenabian.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah
SAW sangat memperhatikan keindahan itu pada diri sahabatnya. Ia mengarahkan
agar para sahabatnya bisa berpenampilan baik dan tidak lusuh. Lihatlah bagaimana
pengalaman pribadi Auf bin Malik, bercerita “ aku pernah mendatangi Rasulullah
SAW dengan mengenakan pakaian yang sudah lama dan lusuh.”
Rasulullah
bertanya, “ apakah kamu mempunyai harta ?” Aku mengatakan , “ Ya.” Rasulullah SAW
kemudian bertanya lagi, “ Darimana harta yang engkau miliki?” Aku menjawab, “
Allah memberikan padaku melalui unta, kambing, keledai dan tepung.” Lantas Rasulullah
SAW mengatakan, “ jika engakau telah diberi harta oleh Allah, perlihatkanlah
bekas nikmat Allah dan kemuliaannya yang Allah berikan kepadamu.”
Perhatikanlah
bagaimana Rasulullah SAW sangat detail memperhatikan kondisi para sahabatnya
dalam aspek penampilan. Itu karena Rasulullah mengerti bahwa islam sangat
memperhatikan keindahan, menginginkan pandangan orang lain menjadi sejuk,
sangat hati-hati agar tidak memunculkan rasa tidak nyaman, tidak enak, apalagi
menyakiti orang lain, meskipun hanyadalam urusan memandang.
Rasulullah
SAW bukan hanya memperhaitkan orang lain agar berpenampilan baik, tapi ia juga
merupakan sosok yang berenampilan baik penampilannya. Penampilannya yang baik
itu memunculkan penghormatan dan pengharagaan dari orang yang menglihatnya. Dari
Jabir bin Samrah ra., dikatakan “ Aku melihat Rasulullah SAW pada suatu malam
terag bulan, aku melihat antara Rasulullah dan bulan “. Jabir lalu mengatakan. “
ternyata rasulullah SAW bagiku lebih indah dari rembulan”. Singkatnya, Al Barra
bin Aziz mengatakan, “ Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik
penampilannya dan paling baik akhlaknya”.
Inilah
yang kemudian diikuti oleh para ulama shalih. Orang-orang shalih yang mengerti
penekanan islam dalam urusan ini sangat menjaga keindahan penampilannya, baik
itu dalam urusan pakaian maupun sikap. Indah sekali apa yang diriwayatkan
tentang Imam Ahmad bin Hambal ra., seseorang ulama yang dikatakan memiliki penampilan
yang menyejukkan. Al Maimuni ra., salah seorang sahabatnya megatakan, “ aku
tidak pernah melihatada seseorang memakai pakaian lebih bersih daripada Imam
Ahamd rahimahullah”.
Imam
Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, “ Para salafushalih menilai seseorang
hamba yang shalih itu dari penampilan dan sikapnya, bukan karena ilmunya. Itu karena
buah dari ilmu yang benar adalah penampilan dan sikapnya yang baik”.
Tentu
hanya penampilan baik saja tidak memastikan seseorang menjadi baik. Bahkan terkadang,
penampilan pakaian yang baik, justru bertolak belakang dengan sikap orang yang
mengenakannya. Karenanya, Utsman bin Affan ra., mempunyai prinsip yang lebih
jauh tentang penampilan seseorang. Ia mengtakan,” Tidaklah seseorang
merahasiakan sesuatu, kecuali Allah pasti akan mengungkapnya melalui rona
wajahnya dan ucapan lisannya”.
Air muka dan lisan kita adalah terjemahan dari apa
yang dalam hati