(berdiri: zaenal, affar, suhardy, Nawir, Ghifar, Ardy,
Jannah, Heriana, Rosdiana, Rahma)
(duduk: Ikbal,asbar)
|
Kali ini, saya ingin bercerita tentang pendakian tanggal 18-20 oktober
2013 kemarin bersama Selusin team. Nama ini kyaknya agak norak tapi ini punya
makna tersendiri. Mungkin pernah nonton film 5 cm, yang makna dari 5 cm itu
sendiri yakni manggantunkan cita-cita yang mereka impikan 5 cm dari kening kita
agar selalu diingat. Kalau selusin team itu sendiri bermakna total dari anggota
tim ini yakni berjumlah 12 orang (Safar (Unhas), Zaenal
(Unhas), Rahma SitiRahmah (UIN), Al-Ghifari Sipakainge (UIN), Munawir Muzakkir (UIN), Ana Heriana (UIN) Ardiansyah Marwan (UIN), Ana Moslem (Unismuh), Nurjannah (Unhas), Ikbal SH (Stie Nobel), Asbar Irm (Ikramulla), Addynk Suhardy (Ikramulla)) yang mana tidak saling
mengenal semua sebelumnya dan dipertemukan pada moment pendakian ke puncak
gunung dengan obsesi masing-masing yang digantungkan dikeningnya sejauh 0,12 cm
(pembenaran).
Pendakian ini merupakan pendakian saya yang kedua kalinya dengan orang
yang berbeda. Memang pada dasarnya setiap aktivitas yang sama dilakukan
ditempat sama namun dengan orang-orang yang berbeda memiliki cerita yang
berbeda. Begitupun sebaliknya.
Tepat pukul 7 pagi kami meninggalkan lokasi basecamp (rumahnya Teta
Rusdin) Kampung Lembana yakni kampong terakhir dengan ketinggian .... mdpl. Tak
lupa sepenggal doa kita ucapakan sebelum melangkahkan kaki agar kita selalu
mendapat lindungan dari Allah SWT. Pada dasarnya manusia diwajibkan untuk
selalu mengingat Allah dimanapun kita berada.
Planning awal kami, yakni mendirikan camp pada pos 9 sebelum malam tiba
dengan iming-iming bias lihat sunrise. Berjalan dengan hebusan angin pagi dan
sinar matahari yang cukup bersahabat meyakinkan kami bahwa cuaca untuk hari itu
tidak mengganggu perjalanan kami hingga ke puncak.
Di tengah perjalanan Pos 1, anggota tim kami yakni mba rahma tiba-tiba asmanya
kambuh. Waah berabe.. buat panic dan sebagainya yang muncul dalam
pikiran. Baru pos 1 masih ada 9 pos lagi yang harus dilalui…… Namun satu hal
yang buat kami salut padanya semangat dan kemauan besar itu loh… Memang pernah
saya mendengar pidato bang Anis bahwa orang kuat itu bukan yang orang
kuat fisik, besar badannya tapi orang kuat itu yakni orang yang memiliki
kemauan besar. Alhamdulillah setelah istrahat sejenak akhirnya
kami melewati Pos 1 dan penyakit asma mba rahma agak sedikit redah.
Canda dan tawa mengisi keharuan pendakian ini yang seolah-olah
mereka sudah lama saling mengenal bertahun-tahun lamanya. Tepat pukul 11 siang
kami sampai di pos 5 dan kami putuskan untuk istrahat sekaligus
makan. Di pos 5 ini kami bertemu dengan pendaki lainnya yang datang lebih awal
dari kami. Memang pos 5 merupakan tempat camp yang cocok jika
bersama rombongan yang banyak selain luas lahan untuk mendirikan camp, di sini
juga terdapat persediaan air yang melimpah.
Setelah makan dan shalat pukul 13.oo kami malanjutkan perjalanan kembali.
dan sampai di pos 8 pukul 18.30. Memang perjalannya cukup lama dari pendaki
lainnya berhubung kami ingin menikmati indahnya alam cipataan Allah
yang belum tercemar oleh polusi . Di pos 8 kami istrahat sejenak untuk
berdiskusi apakah kita lanjutkan perjalanan sesuai planning awal atau camp
disini dengan kosekuensi sunrise and sunset yang akan dilihat dipuncak hilang
dari impian. Setelah mengumpulkan beberapa pertimbangan kami
putuskan untuk bermalam di pos 8.
Suhu dingin di malam hari menuntut kita untuk bergerak cepat mendirikan
tenda. Satu persatu tenda kami dirikan walaupun kondisinya tidak memungkinkan
melihat tempat yang biasanya digunakan untuk mendirikan tenda telah diisi oleh
pendaki yang datang lebih awal. Pukul 21,00 kami merabahkan tubuh
ini yang cukup lelah berjalan seharian di tenda masing-masing untuk
mempersiapakan stamina menuju puncak besok.
Minggu 20 oktober Pukul 7 pagi, kami sudah siap melanjutkan perjalanan
kembali dengan persedian air minum secukupnya dan makanan (mie) serta tak lupa
air orange sebagai pendampingku ketika melakukan perjalanan. Kurang lebih 3 jam
perjalanan akhirnya kami sampai di puncak Bawakaraeng. Ucapan syukur kepada
sang Rabb, bahwa indahnya alam ciptaan mengobati rasa letih selama perjalanan.
Mungkin ini salah satu obsesi para pendaki yakni bisa menikmati dan merasakan
nikmatnya ciptaan Allah. Walaupun mereka harus habis-habisan (habis uang, habis
tenaga, dan haabis-habis selanjutnya) mereka tidak ada kapok-kapok untuk naik
ke puncak gunung.
“Dari bumi langit tampak biru dan dari langit bumi
tampak biru. . . Sungguh indah ciptaan Tuhan”
(Selusin team
di puncak bawakaraeng dengan ketinggian 2830 mdpl)
|
Keletihan terbayarkan lunas ketika mneginjakkan kaki dipuncak apalagi sambil berteriak ” Luaarrr Biaassa” . tak menyia-nyiakan waktu untuk mengambil gambar sebanyak mungkin. Memang hanya gambar, kita bisa mengingat kan kembali moment-moment penting apalagi kegiatan seperti pendakian seperti ini. Dengan gambar tersebut menunjukkan bukti dan saksi bahwa kami sudah menginjakkan kaki di puncak gunung bawakaraeng. Senior saya pernah berkata bahwa mendaki nda bawah kamera untuk ambil gambar maka perjalanan/pendakian tersebut dikali nol.
Setelah memuaskan diri mengambil gambar,
kami mencari tempat yang nyaman untuk mengisi perut kosong yang menangis
kelaparan. Sempat bertemu dengan Teta Rasyid selaku pawang G.
bawakaraeng dan beliau menyempatkan diri berbagi nasehat kepada kami yang belum
tahu banyak tentang G. Bawakaraeng.
Alhamdulillah Pukul 12.00 kami sampai di
camp pos 8. Kurang 30 menit pembongkaran tenda dan packing selesai. Tak lupa
pamit sama pendaki lain yang masih menuggu kawan-kawannya yang lagi dipuncak.
Memasukki pos 2, gelap malam manyabut
kami sehingga kami harus menyalakan senter untuk bisa menerangi jalan kami.
Mungkin ini salah satu alat paling urgent jika melakukan pendakian karena tidak
bisa kita pastikan segala sesuatunya. Berhubung kami kekurangan senter maka
kami harus memasang formasi yang tepat tim kami bisa berjalan dengan baik
walaupun kadang harus jatuh….
Mendekati pos 1, tiba-tiba bang Ardy
merasa kesakitan. Dan akhirnya beliau harus dipandu karena tidak mampu lagi
berjalan sendiri. Rasa khawatir muncul dalam hati takutnya ada apa-apa. Tak
lama kemudian akhirnya kami bertemu warga dan mau mengantarkan bang ardy ke
basecamp.
Alhamdulillah sesampai di basecamp dan
istrahat beberapa jam, bang Ardy sudah mulai baikkan
Mungkin itu sedikit cerita perjalanan
Selusin Team, saya ucapkan terima kasih banyak. Banyak cerita serta pelajaran
yang didapat dari perjalanan ini. Walaupun cuman 3 hari namun itu sudah
menciptakan sebuah persahabatan baru “the Selusin Team”. Mengenal kalian
merupakan suatu kebanggan tersindiri bagi saya pribadi. See you all again in
next adventure…..‼‼
Salam Lestari
Salam Selusin
Keep On
Fight Till The End
ooO Safaruddin
Iyando Ooo