treanggulasi latimojong 3680 mdpl |
Cerita
Adventure kali ini yakni kegiatan silahturahim ke Puncak Latimojong pada tahun
2012 kemarin yang sempat saya masukkan di blog. Ini merupakan kali kedua saya
ke latimojong yang pertama kalinya pada tahun 2010 kemarin.
Latimojong
adalah gunung tertinggi di Sulawesi, yang memiliki tujuh puncak, dengan puncak
tertinggi Rante Mario dan ketinggian 3.680 meter di atas permukaan laut.
Membentang dari selatan ke utara, Latimojong sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Enrekang, sebelah utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah selatan
dengan Kabupaten Sidrap, dan sebelah timur dengan Luwu sampai pinggir pantai
Teluk Bone.
Pada
hari minggu, 8 januari 2012 saya, wisnu (ketua LDK FKMKI UNHAS) dan 3 dari KPA
WAHANA SULSEL (Munatsir, Teta Dan Syarif ) membicarakan tetang keberangkatan ke
Gunung Latimojong yang berada di Kabupaten Enrekang. Dari hasil pembicaraan
kami sepakati bahwa keberangkatan kesana yakni pada hari senin, 9
januari 2012 dan titik kumpul di sekret LDK FKMKI UNHAS (wesabe blok D23,
tamalanrea).
Pada
hari senin, 9 januari 2012 kami star dari makassar menuju enrekang pukul 09.00
pagi menggunakan mobil panter yang mana sudah kami hubungi sebelumnya untuk
datang di jemput disekret (wessabe). Dari makassar ke enrekang kami melewati
beberapa kabupaten yakni makassar-kab. Maros- kab. Pangkep- kab. Barru- kab.
Pare-pare- kab. Enrekang. Kami sampai di enrekang (pasar baraka) pukul
16.00 wita yakni sekitar 7 jam dari kota makassar dengan ongkos panter 60
ribu/orang.setelah itu kami mencari mobil (hartop) yang menuju dusun rantelomo
desa latimojong yakni dusun terakhir yang bisa mobil masuk. Dari informasi
warga bahwa mobil yang ke dusun tersebut sudah berangkat siang tadi sehingga
kami putuskan mencari pete2 yang bisa mengatarkan kami di gura yakni dusun yang
jalannya teraspal (bsa dilewati pete2 setelah dusun itu hanya mobil hartop yang
bisa lewat).
Perlu
di ketahui juga bahwa mobil yang ke dusun Rantelemo yakni hari senin & kamis
sekitar pukul 11.30 untuk menunggu di pasar Baraka selanjutnya dari Rante lemo
yakni hari minggu & kamis.
Kami
sampai di Gura pukul 17.20 wita dengan biaya 15 ribu/orang dan biaya mobil
langsung ke rante lemo yakni 30 ribu/orang. Selanjutnya kami lanjutkan
perjalanan dengan berjalan kaki dan sampai di Dusun Rante Lemo pukul 22.00 dan
istrahat di sebuah mesjid di dusun ini yakni Mesjid Nurul Yakin.
Dari
pete2 yang melaju di jalan beraspal, terlihat pemandangan rumah panggung
berjejer. Hasil pertanian, seperti kopi, dijemur di halaman. Rumah-rumah itu
dibatasi oleh kebun salak. Kabupaten Enrekang memang terkenal sebagai salah
satu daerah penghasil salak di Sulawesi Selatan.
keesokan
harinya yakni selasa, 10 januari 2012 pukul 6.30 wita kami melanjutakan
perjalanan ke Dusun Karangan, Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Enrekang
dan sampai di dusun tersebut pukul 8.30 wita. Inilah dusun terakhir sebelum
mendaki Gunung Latimojong.
Walau
terpencil, penduduk dusun itu dapat menikmati penerangan listrik. Namun, bukan
dari PLN. Secara swadaya masyarakat memanfaatkan aliran sungai dan memasang
kincir air yang menghasilkan daya, kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga.
Belum
jauh dari dusun, terhampar pemandangan pohon-pohon kopi di sisi kiri dan kanan
jalan setapak, dengan buah merah mencolok. Tampak pula karung yang berisi
biji-biji kopi yang baru dipanen.
Medan
makin menanjak. Sebelum tiba di Buntu Kacillin, sebutan untuk Pos I, perjalanan
harus menyeberangi 3 sungai dengan meniti beberapa batang pohon yang melintang
di atas sungai. Kemudian kami melalui beberapa lahan yang baru dibuka oleh
warga untuk perkebunan kopi.
Dari
sana, jauh di bawah, tampak indahnya pemandangan yang hijau, dan dari kejauhan
tampak desa-desa permukiman warga setempat. kami sampai di pos I pukul 10.12
wita dengan ketinggian 1840 mdpl.
Selanjutnya
adalah wilayah hutan lebat. Kondisi jalan pun sudah mulai tidak bersahabat.
Bahkan terkadang kami harus meniti pinggiran jurang dengan berpegangan pada
akar-akar pohon. Rasa takut kadang tiba-tiba datang jika melihat ke bawah
jurang. berpegangan pada akar-akar pohon.
Menuju
Sarungpa’pa–sebutan untuk Pos II–jalan tidak selalu mendaki. Semakin dekat
menuju Pos II, jalan menurun dan licin karena lembap. Sarungpa’pa berada di
pinggir sungai. Tidak begitu luas, hanya berupa bongkahan batu besar yang agak
lapang dan gua batu terbuka. Namun, tempat ini menjadi salah satu pilihan bagi
pendaki untuk beristirahat, bahkan menginap karena dekat dengan sumber air. Jaraknya
sekitar 0,9 km dari POS I dan kami sampai di POS II pukul 11.46 wita. Sekitar 2
km dari POS II ada jalan menuju air terjun Pak-Pak. Di pos II ini kami istrahat
untuk makan siang dan sholat.
break to eat |
lokasi camp pos 2 |
Medan
berikutnya menuju To’nase (Pos III) sangat sulit walau jarak tempuhnya pendek.
Tebing dengan rata-rata kemiringan 70-85 derajat, belum lagi kondisi tanah yang
licin, mengharuskan kami untuk memanjatnya. kami sampai di POS III pukul 14.45
wita yakni sekitar 0.6 km dari POS II dengan ketinggian 1940 mdpl.
Perjalanan
menuju Pe’uwean (Pos IV) lebih bersahabat meski mendaki. Akar-akar pohon
sebagai tumpuan dan pegangan tersusun lebih rapi. Begitu pula dengan batang
pohon yang menjadi tumpuan alternatif. Kondisi hutan pun makin lebat dan
lembap. kami sampai di POS IV pukul 16.00 wita sekitar 1 km dari pos POS III
dengan ketinggian 2140 mdpl.
Setelah
istrahat sejenak kami lanjutkan lagi perjalan ke Soloh Tama (Pos V) sekitar 1,2
km dari POS IV. Kami sampai di POS V pukul 17.30 wita dengan ketinggian 2480
mdpl. Kami putuskan untuk menginap di POS ini berhubung rasa letih dan lapar
yang menyerang kami. Di POS ini juga merupakan tempat terdapatnya sumber
air sekitar 100 m dari tanda POS.
pos 5 |
Perjalanan
menuju puncak Rante Mario dilanjutkan pukul 03.00 shubuh. Pos demi pos
selanjutnya pun kami lalui. pada pukul 03.40 akhirnya sampai ke
Paperangian (Pos VI) yang kami rasa lebih singkat walau medan
lumayan licin karena banyak batu besar. Jarak dari POS V ke POS VI sekitar 0,6
km dengan ketinggian 2940 mdpl.
Selanjutnya
kami lanjutkan perjalan ke POS VII (Buntu Lobu) dan sampai di POS VII pukul
04.51 wita dengan ketinggian 3100 mdpl. Disini kami melakukan shalat shubuh
karena di sini terdapat sumber air sekitar 100 m dari tanda POS. Biasa
pendaki juga melakukan camp di pos ini karena terdapat sumber air.
lintasan pos 8 ke pos 9 (puncak) |
Selanjutnya
Kami Lanjutkan Ke POS VIII (Rante Mario) Pukul 05.45 Wita. Kami Sampai Di
Puncak Gunung Latimojong Pukul 7.30 Wita. (3680 Mdpl). Cuaca Cukup Cerah
Sehingga Indahnya Pemandangan Dapat Dirasakan Walaupun Rasa Letih Menghampiri
Tapi Semua Itu Terobati Sampainya Kami Di Puncak. Rasa Syukur Kepada Allah
Yang Langsung Kuucapkan Karena Ciptaannya Yang Begitu Indah.
Sampai ketemu di Next Adventure .......!!!!