Menjadi mahasiswa merupakan hal saya impikan sewaktu SMA. Hal ini disebabkan karena peranan mahasiswa sangat besar bagi bangsa dan Negara ini. Itulah salah satu factor mengapa saya melanjutkan pendidikan dibangku kuliah.
Namun, ada sesuatu hal lain melihat kondisi mahasiswa  saat ini dibandingkan mahasiswa-mahasiswa sebelumnya. Agen of change, social of control dan moral force, agak samar dan semakin hilang riaknya dalam dunia kemahasiswaan.
Mungkin kampus sudah tidak lagi menjadi mesin yang memproduksi generasi yang elegan, dalam integritasnya menanggapi masalah dan fenomena social. bukankah mahasiswa sejatinya dikenal dengan kaum yang memiliki kepekaan hebat terhadap kondisi sosial yang timpang? peka terhadap semua kondisi sosial yang indentik dengan ketidakadilan. mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan pribadi masing-masing, atau terlalu banyak tugas yang harus diselesaikan demi mngejar batas SKS yang ditetapkan.
Lebih mendingan jika kita harus sibuk dengan perilaku primit yang sama sekali tidak mencerminkan kehidupan kampus? perilaku primitif yang sering terjadi entah disengaja/disadari atau tidak yang lebih mengedepankan pnyelesaian masalah dengan aduh Otot bukan Otak. sebut saja misalnya sederet masalah yang menghinggapi dunia kampus belakangan ini. maraknya acara tawuran dan perkelahian antar mahasiswa. mungkin akan diluar dugaan jika perkelahian mahasiswa sampai pada hilangnya nyawa #Miris. meski miris, faktanya hal itu kerap terjadi dalam dunia kmpus dan mendera mahasiswa yg dilabeli kaum intelektual ini. apa pnyebabnya? mungkin kita bukan orang sekaliber Max Weber dalam mnanggapi fenomena social. hanya ada yang aneh kawan, dari sekian banyak kasus yang terjadi, tidak banyak hal yang bisa dilihat yang oleh pihak kampus dan kepolisian lakukan. mungkin secara keji memang hal ini sengaja dipelihara yah ?? siapa yg tauu #Positif thingking. tidak lain dan tidak bukan, agar kita tidak bersatu dan sibuk satu sama lain sehingga akhirnya birokrasi membekukan organisasi mahasiswa. 
Di tengah kesibukan pemerintah menangani masalah negeri, semestinya mahasiswa muncul sebagai agen pengontrol kondisi sosial tapi sayangnya kita terlalu sibuk dengan urusan yang semestinya tidak perlu terjadi dalam dunia kampus yang senang dekat dengan Nuansa keilmuan ini. Kepekaan terhadap kondisi sosial telah lama mati seiring dengan maraknya kasus perkelahian mahasiswa. Kampus telah kehilangan nalar, dan sampai kapan kita menyadari ini? kmpus memang kini kehilangan nalar yang pernah dimilikinya dari coretan sejarah tentang apa yang pernah dilakukan oleh pendahulu kita. Mungkin generasi baru saat ini, telah kehilangan selera untuk menjaga dan mncontoh cerminan dunia kmpus yang begtu peka pada kondisi social. meskipun memang tidak smua mahasiswa ikut tergabung dalam perkelahian atau tawuran, tetapi beberapa kasus belakangan ini smestinya sesuatu yang tidak perlu lagi terjadi. zaman boleh berbeda, generasi boleh berganti, tetapi semestinya spirit perjuangan tetap harus menyala dengan gemerlap. Kesibukan kita mengurus tawuran, berbanding lurus dengan hilangnya aksi-aksi demonstran yang sering di identikan dengan kondisi mahasiswa saat ini. Meskipun aksi demonstran bukan satu-satunya hal yang bisa dilakukan, tapi mandeknya diskusi disetiap sudut kampus juga sangat memprihatinkan. kita kini kehilangan nalar dan identitas sebagai kelompok yang garang melakukan kritik terhadap ketidak adilan social.
Teruslah berkarya kawan, sampai kapan pun itu, jangan biarkan lingkungan mempengaruhimu apalagi terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Hidup Mahasiswa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar