RIHLAH BERSAMA PAHLAWAN-PAHLAWAN MASA DEPAN




Pos VII G. Bawakaraeng, Sul-Sel

Kali ini saya ingin Bercerita tentang kegiatan rihlah yang dilaksanakan pada tanggal 8-10 november 2013 kemarin. Kegiatan ini merupakan kegiatan dilaksanakan untuk mahasiswa yang tinggal di asrama mahasiswa UNHAS.
Pada dasarnya setiap insan manusia memiliki tiga unsur pokok yang harus dijaga setiap saat yakni ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Rihlah merupakan salah satu ajang untuk pengembangan kapasitas jasadiyah kita. Memang setiap muslim dituntut menjadi orang kuat di mana terdapat dalam suatu hadist bahwa “ seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding mukmin yang lemah”.
Dari total registrasi awal berjumlah 53 orang namun yang fix berangkat hanya 25 orang disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya:
a.       Ada agenda yang penting yang bertepatan dengan kegiatan tersebut
b.      Ada yang kondisi tubuh lagi tidak fit
c.       Ada yang itdak mendapat izin dari kedua orang tuanya
Breafing dan berdoa sebelum meninggalkan makassar
Tepatnya pukul 20.00 kami sudah berkumpul di sebuah masjid kampus Al Aqsho Unhas dengan perlengkapan pendakian. Sebelum berangkat kami mencek kembali persiapan masing-masing kelompok, selain itu kami dianjurkan menuliskan surat wasiat untuk mengantisipasi sesuatu hal terjadi pada kami.
Alhamdulillah pukul 21.00 kami berangkat meninggal kampus dengan menggunakan mobil TNI AD yang disewa. Memang, sudah menjadi kebiasaan untuk semua kalangan mahasiswa jika melakukan kegiatan di tempat yang cukup jauh selalu menggunakan mobil TNI AD ini. selain agak murah, keyakinan kita akan keselamatan bersama TNI AD sudah tidak diragukan lagi.   
Memasuki daerah Malino suasana mulai tak tenang di mana kondisi jalan mulai tanjakan dan suara truk mengisaratkan bahwa “ aku tak mampu”. Memang kondisi truk  tentara sudah berumur tua jadi wajar pekikkan suara ketika tanjakan membuat saya dan yang lainnya was-was. Sekali-kali saya harus turun untuk menggajal ban belakang agar truk tersebut tidak mundur ke belakang, latunan doa terus kami ucapakan, pasalnya trauma sama kejadian rekan-rekanku yang kecalakan disebabkan truk yang ditumpanginya tidak mampu mendaki akhirnya terperosok ke jurang.
suasana di dalam truck
Pukul 2.30 shubuh kami sampai kaki gunung bawakaraeng yakni Lembana. Dinginnya angin malam memaksa kami untuk bergerak cepat walaupun mata agak malas untuk terbuka lebar. Setelah berdiskusi, kami putuskan untuk camp di area pinus yang menurut kami aman dan memang umumnya para pendaki camp disitu jika tidak melakukan perjalanan malam.
Cahaya bintang dan bulan memberikan keindahan perjalanan kali ini. Berjalan beriringan bersama rekan kelompok  berjumlah 25 orang menambah riuh suasana di malam hari. Sesampai di hutan pinus ternyata telah berdiri tenda-tenda para pendaki yang telah datang lebih dulu, kondisi lahan yang tidak memungkinkan dan waktu yang menunjukan pukul 3.00 shubuh akhirnya kami hanya melentangkan matras tanpa mendirikan tenda. Lalu kami rebahkan badan yang sudah ngantuk sedari tadi. Hal ini kami lakukan berhubung cuaca saat itu lagi bersahabat dan tidak menunjukan ciri-ciri akan turun hujan.
Ini merupakan pendakian saya yang ketiga kalinya ke gunung ini. Bagi saya bertutur sapa dengan alam tak akan pernah redup dalam diri saya. Tapi yang slalu saya ingat bahwa alam  selalu memberikan pelajaran baru walaupun telah berulang-ualang kali saya datang menyapanya. Apalagi  bersama para calon pemimpin-pemimpin masa depan yang baru saya kenal saat itu. Jadi, pasti ada moment atau cerita tersendiri yang terkesan dalam perjalanan ini.
Setelah beres-beres, tepat pukul 7 pagi kami meninggalkan pos 0 dengan target sampai ke pos  10 sore hari.   Idealnya untuk sampai ke puncak cuman butuh waktu 8 jam (Pendaki tangguh) tapi berhubung rombongan ini merupakan pendaki pemula jadi perjalanan dibawah relax sambil menikmati udara sejuk yang belum tercemarkan oleh polusi. 
lagi masak di Pos 0 untuk persiapan ke Puncak
Sampai di Pos 5 kami istrahat sejenak sambil mempersiapkan persedian air secukupnya karena info dari teman-teman pendaki yang sudah turun bahwa air cuman ada di pos 8 sedangkan di pos 9 sisa tetesan-tetesan kecil.  Jalur pendakian dari pos 0 ke pos 5 tadi tidak terlalu menanjak jadi tidak banyak menghabiskan energy tapi selanjutnya dari pos 5-puncak itu waahhh luar biasa… jadi biasanya di pos 5 ini para pendaki istrahat atau camp untuk mempersiapkan energy baru.
istrahat dan shalat di Pos V Bawakaraeng
 Alhamdulillah Pukul 5 sore kami baru bisa sampai di pos 8. Memang kondisinya tidak sesuai yang direncanakan berhubung ada beberapa rekan yang keletihan dan tubuh mereka tiba-tiba tidak bersahabat terutama rekan saya bang Mahyu. Memang dia baru pertama kalinya mendaki ditambah badan yang lebih besar dari saya jadi jalannya perlahan tapi tidak pasti he he he… istilahnya jalan 3 langkah istrahat 15 langkah. Yaa begitulah kondisinya. Mau di apa lagi kemampuan setiap orang berbeda-beda jadi saling mengsport saja untuk tetap semangat sebagai modal dan obat mujarab saat itu.   Tapi saya salut sama kemauan besar beliau tentang alam dan gunung. Melihat kondisi demikian akhirnya kami putuskan untuk camp di pos 8 ini.
Di pos 8 ini areanya cukup untuk beberapa tenda namun dataran agak miring jadi mesti pandai mengsiasati dalam mendirikan tenda. Sumber air tidak terlalu jauh, sekitar 100 m dari lokasi camp. Alhamdulillah di pos 8 ini cuman rombongan kami yang ada jadi kami bebas memilih tempat sesuai keinginan hati. Tendaku saya dirikan di area yang memiliki banyak pohon untuk menghindari angin yang selalu datang di malam hari.
Pukul 3 shubuh kami sudah beres-beres lagi, memang ini kesepakatan kita semalam sebelum tidur berhubung untuk sampai ke puncak butuh 2 jam lagi. Dan target kami bisa melaksanakan shalat shubuh berjamaah di puncaknya dan menikmati sunrise di pagi hari. Prediksi kami 2 jam cukup berhubung tidak semua barang kita bawah cuman berupal senter, mantel, air minum serta snack secukupnya. Mendapatkan foto profil dan menikmati pemandangan sunrise itulah salah satu yang kami cari jadi memang nda terlalu lama kami di puncak dan mesti harus bawa perlengkapan pendakian semua.
Tepat pukul 5 shubuh akhirnya kami sampai di puncak bawakaraeng. Rasa senang sedikit terobati ternyata masih bisa menginjak kaki diketinggian 2830 mdpl ini. Setelah melaksanakan shalat shubuh, Cuaca sudah tidak mau bersahabat lagi. Hujan deras dan angin kecang menyerang kami. Akhirnya kami putuskan untuk turun ke dataran rendah menghindari sapaan angin kencang.
Menunggu sekitar 30 menit berharap hujan redah ternyata hujan semakin deras. Rasa kecewa sedikit dari saya dan rekan-rekan yang lain karena belum sempat mengambil gambar satu pun di puncak tadi. Apaalgi Rasa dingin udah mulai terasa karena celana saya sudah basah kuyup. Habis sudah …..Akhirnya kami putuskan balik ke camp pos 8.
saat pulang dari puncak ke Pos IX dengan kondisi hujan
Ada satu kata bijak seorang pendaki yang selalu ku ingat ketika mendapat kondisi seperti ini “ puncak itu adalah bonus, pulang di rumah dengan selamat adala tujuan”. Memang obsesi akan puncak tidak boleh dipaksakan kalau kondisinnya tidak memungkinkan.
Rasa syukur saya hanturkan kepada sang Rabb karena kami semua bisa kembali dengan selamat dari amukan angin kecang dan serangan hujan yang datang tiba-tiba sewaktu di puncak tadi.
Buat kopi di camp Pos VIII setelah basah kuyup dari puncak
Mungkin itu sedikit ceritaku tentang rihlah kemarin sekaligus merayakan moment memperingati hari pahlawan 10 november. Saya sendiri belum tahu bagaimana memaknai  hari pahlawan tapi bagi saya mendaki merupakan salah satu cara saya mengenang perjuangan mereka.
Dan pahlawan itu salah satunya adalah kedua orantua saya yang selalu mendoakanku dimana pun saya berada. 
salam cinta for my parents
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar