MENGAPA SAYA HARUS MENULIS





Awal keinginan saya untuk menulis yakni ketika melihat buku harian kakak saya. Selain tampilannya menarik, bukunya juga didesain agar kelihatan aman dipasangkan gembok kecil sebagai penguncinya. Memang jika dikatakan buku harian maka content dari buku itu yakni sesuatu yang sangat secret. Itulah yang menjadi salah satu dayak tarik sehingga banyak yang membeli buku harian dengan desain seperti itu.

Hal ini terjadi ketika saya menginjak kaki dibangku SMA. Alasan ini belum besar pengaruhnya terhadap saya. Factor cuman satu sihh, nda PD harus menulis sesuatu  di buku kecil seperti itu dan nda ada memang yang harus ditulis. Masih blank… beda hal sama perempuan kalau curhat adedeh… bisa mencapai 5-10 lembar nulisnya. 

Setelah menginjakkan kaki dibangku perkuliahan baru ada sedikit pengatahuan tentang kepenulisan. Di mana banyak kegiatan-kegiatan training yang diadakan di kampus apalagi yang bertemakan motivasasi. Umumnya para motivator memberikan materi motivasinya bersumber dari buku hasil tulisannya. kadang dalam pikiran terlintas “ nda salah kalau kita ikut jejak mereka untuk menulis”.

Alasan lain kenapa kita harus menulis yakni agar kita bisa dikenang. Contohnya sang puitis Chairil Anwar yang sajak-sajak puisinya masih ada sampai sekarang walaupun beliau sudah wafat tapi puisinya masih terkenang dan terdapat di buku-buku pelajaran sekolah. Tokoh lain lagi seperti Soe Hoe Gie, aktivis 66’ yang sampai sekarang dikenang. Banyak biografi-biografi beliau di toko-toko buku.
Memang buku biografi ada karena adanya kekaguman seseorang terhadap figure tertentu. Umumnya karena orang tersebut memiliki sesuatu yang lebih, apakah memiliki pengaruh terhadap pergerakan seperti Soe Hoe Gie tadi atau para pahlawan atau pemimpin-pemimpin Negara.

Inilah salah satu alasan kenapa kita harus menulis agar mereka para penulis biografi mendapat referensi tentang diri kita. Kan kita belum tahu, mungkin suatu saat nanti kita salah tokoh berpengaruh yang harus dikenang atau sebagai pemimpin bangsa yang bisa mengayomi seluruh bangsa di dunia untuk cinta perdamaian. Semoga….

Menulis itu tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Lihatlah para sejarawan, banyak tokoh sejarah yang membuat tulisan dalam penjara. Selama di penjara, Mereka membaca buku & menulis buku. Bung Karno menghasilkan Indonesia Menggugat saat berada di penjara Sukamiskin. Bung Hatta melahirkan buku Krisis Ekonomi dan Kapitalisme di samping sejumlah karangan lainnya saat di penjara Glodok. Pramoedya Ananta Toer menciptakan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu dan Bumi Manusia, dan lainnya. Sebuah karya yang luar biasa, suasana tak membatasi mereka untuk mengabdi dan berkarya. Meski derita mendera mereka, jiwa-jiwa mereka tetaplah seteguh tiang sel penjara berdiri. Mereka tetap bisa menghasilkan sebuah karya yang menggugah dunia meski rasa tak menentu! Saya belajar banyak dari mereka dan dari buku-buku mereka..

Pernah juga saya mengikuti training kepenulisan, trus sang audience bertanya “ pak. Bagaimna caranya jadi seorang penulis? Sang penulis langsung menjawab: “ jika mau pintar berenang maka berenanglah, jika mau pintar mengendarai sebuat motor maka kendarailah motor itu. Begitu juga kalau kita ingin menjadi seorang penulis maka menulislah”.
Hanya dengan menulis, aku menjadi tuan bagi diriku sendiri -- Pramoedya Ananta Toer

ooO Safaruddin Iyando Ooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar