Cara Berdamai dengan Kenyataan

afar photo (pertigaan tugu adipura makassar)
Tak terasa waktu berputar begitu cepat, setelah melihat kalender ternyata sekarang telah berada di tahun 2015. Woohhh sudah enam bulan saya dinyatakan sebagai Alumni perguruan tinggi. Tak terasa yaa ‼‼
Sewaktu SMA tantangan yang di hadapi yakni Ujian dan tes masuk perguruan tinggi. Harapan saat itu bisa lulus ujian nasional dan bisa melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi favorit. Namun hal itu tidak sesuai kenyataan yang ada. Ada juga tidak bernasib baik yakni tidak lulus UAN, ada juga lulus UAN tapi tidak terkaver di perguruan tinggi Favorit, ada juga yang lulus pengguruan tinggi favorit tapi bukan jurusan yang dia harapkan. Skenarionya berbeda……
Ketika kuliah, harapannya bisa selasai tepat waktu, Bukan waktu yang tepat. Normalnya sih lebih kurang 4 tahun. Tapi apa yang terjadi hingga menginjakkan kaki di tahun ke lima, ke enam, Bahkan di masa injury time hal itu (sarjana) belum tercapai sehingga timbul pertanyaan kapan bisa sarjana? Orang yang mengalami kondisi, ini menjadi masalah harus di tuntaskan. Kadang memang factor individu penyebabnya tetapi ada juga prosesnya memang seperti itu dan mesti di jalani.
Begitu pula dengan masa transisi ketika telah menyelesaikan studi di perguruan tinggi di mana harapannya bisa bekerja sesuai dengan backgroundnya sewaktu kuliah. Namun apa yang terjadi sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan. Boro-boro pekerjaan yang sesuai dengan background yang tidak linear saja susah di dapat.
Apakah mesti kita harus anarkis ketika bertolak belakang dengan kenyataan atau lari sejauh mungkin? Apakah seperti itu menjadi solusi yang baik? Saya yakin semua akan menjawab “tidak”

Dan bisa jadi menjadi suatu kebenaran bahwa Tertawa adalah cara terbaik untuk Berdamai dengan Kenyataan. Menikmati semua proses yang terjadi. Bersabar dan Bersyukur menjadi amunisi untuk berdamai dengan kenyataan yang selalu menjadi teka-teki


~ooO Safaruddin Iyando Ooo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar