Sewaktu berangkat ke Gorontalo
kemarin, di pesawat saya bersebelahan dengan seorang bapak yang berasal dari
Bulukumba. Sebut saja namanya Pak Syamsir (samaran). Beliau merupakan salah
satu supervisor di salah satu industry otomotive yang berada di Gorontalo.
Beliau bekerja di Gorontalo sekitar 13 tahun. Lumayan, Cukup lama.
Setelah perkenalan singkat, beliau
sedikit bercerita mengenai perjalanan hidupnya hingga akhirnya dia bekerja di
industry tersebut.
Saya kuliah cukup lama. hampir 6
tahun, tuturnya. Alasannya demikian karena beliau beberapa kali pindah kampus.
Pindah dari beberapa kota untuk mencari penghidupan yang layak dilakukannya.
Kerja sana sini, dari supir mobil barang hingga menjadi ABK sebuah kapal,
tuturnya. Jadi jangan salah jika hampir seluruh wilayah di indonesia telah
dijejahinya.
Sewaktu
bekerja menjadi ABK, dia bertemu dengan seseorang yang kebetulan bekerja di
salah satu industri otomotive. Pertemuan mereka cukup dramatis dalam hal tidak
disengaja. Hanya berhubung tidak adanya tempat di kapal saat itu, jadi pak
syamsir menawarkan kamarnya (kamar ABK) walaupun tak senyaman fasilitas kamar
lain. Dari situ, dialog berlanjut hingga tawaran ke pak syamsir untuk kerja di
industri di mana tempat bapak itu bekerja. Hingga akhirnya saat ini pak syamsir
menjabat sebagai Supervisor Mitsubisi di daerah Gorontalo.
Menolong dan berkomunikasi baik menjadi salah
satu modal dalam menjalankan hidup ini. Karena
hal itu bisa membawa hidup kita ke arah yang lebih baik termasuk pekerjaan.
Seperti halnya kisah Pak syamsir tadi. Begitu
juga dengan para traveller, jangan sungkan-sungkan untuk membuka
pembicaraan di manapun kita berada, entah itu di pesawat, kereta api, bus,
terminal atau bandara. Karena
komukasi-komukasi tersebut kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi.
ooO Safaruddin Iyando Ooo