Saya menyebutnya Buku Harapan.
Bentuknya saat ini agak lusuh, sedikit lembab dan usang. Tapi itu sangat
berharga bagi saya. Pemberi motivasi dan Optimisme. Segala Sesuatu hal
yang ingin saya capai atau ingin diwujudkan, maka saya akan menulisnya dalam
buku itu. Memang aneh, kadang orang-orang yang membacanya bilang ke saya, “kamu
gila ya? Ucapnya. Tapi saya tak peduli akan hal itu.
Memang hal seperti ini bukan saja saya
yang pernah melakukannya. Ada beberapa orang cukup terkenal melakukan hal ini.
Sebut saja mas Danang, Alumni IPB dengan 100 Mimpinya yang ditulis pada secarik
kertas kemudian ditempelkan pada dinding kamarnya. Alhamdulillah, 100 mimpinya
sudah sekitar 90 an yang terealisasi sewaktu menonton videonya kala itu.
Kemukinan saat ini sudah terealisasi semua atau bisa jadi telah
menuliskan kembali 100 mimpi selanjutnya.
Satu hal yang berbeda antara Buku
Harapan saya dengan 100 mimpi mas Danang yakni bentuknya di mana mas Danang
dalam bentuk point-point sedangkan saya sendiri dalam bentuk sketsa. Memang
benar seorang bijak pernah berkata bahwa Ide atau gagasan mesti dituliskan
entah dituliskan dalam sebuah buku seperti halnya saya dengan menyebutnya Buku
Harapan atau pada secarik kertas seperti Mas Danang dan menyebutnya sebagai 100
mimpi.
Teruslah menuliskan harapan-harapan, toh kalau belum
tercapai bisa jadi ada anak cucu yang kemungkinan bisa merealisasikan. Untuk itu, sebenarnya tak cukup hanya
sekedar menuliskan dalam Buku Harapan. Baiknya ide dan gagasan dishare ke sanak
keluarga atau anak dan cucu atau bisa juga ke sahabat-sahabat yang dipercaya.
ooO Safaruddin Iyando Ooo