Penjaga Loket |
Ada banyak hal
yang bisa kita ceritakan ketika berada
di rumah sakit. Entah itu mengenai Penjaga
loket parkiran, perawat, pasien, penjenguk sampai dokter-dokter (termasuk yang
koas) yang baik. Atau mengenai kisah bahagia, sedih ataupun cemas pasti anda
temukan jika datang ke tempat ini.
Tapi kali ini saya akan membahas mengenai penjaga loket parkiran
yang ada di salah satu rumah sakit. Menjadi Penjaga loket parkiran mesti
memiliki keahlian tertentu, setidaknya cakap pada teknologi karena akhir-akhir
ini fasilitas parkiran dilengkapi oleh produk-produk elektronik yang cukup
canggih.
Menjadi Penjaga
loket parkiran bukan sesuatu yang sepele. Uang yang mereka kelola atau dapatkan
cukup besar. Apalagi lokasi tempat mereka bekerja merupakan tempat umum yang
banyak dikunjungi public seperti rumah sakit atau tempat perbelanjaan.
Missal salah
satu rumah sakit, Uang parkiran dikenakan 2 ribu untuk satu jam pertama, 3 ribu
untuk satu jam berikutnya (2 jam). Dan lewat dari dua jam (3, 4, 8, 9 jam) maka
akan dikenakan biaya 4000 ribu. Yaa kalau dihitung-hitung penghasilan parkiran
di rumah sakit ini sekitar 20 juta sehari. Kenapa bisa? Yang tadi baru sebatas
kendaraan roda dua belum roda empat, kalau tidak salah 7500 untuk satu jam
pertama. Jadi bisa saja terjadi.
Ada hal lucu
yang buat saya tertawa sendiri gara-gara tingka laku penjaga loket parkiran. Saat
itu saya hendak pulang dari Rumah sakit sekitar pukul 4 shubuh. Ketika saya
sampai di pos pemeriksaan karcis ternyata penjaganya sedang tidur lelap. Saya
coba bangunkan dia.
Saya : Maaf pak
saya mau keluar
TP : Mana
karcisnya?
Saya : Ini pak.
Sambil melihat layar monitor pak TP.
Lama terasa
menunggu pak TP mengecek karcis saya, cek per cek ternyata pak TP salah
memasukan kode parker yang ada di karcis saya malah dia memasukan alamat
emailnya. Aneh rasanya?
Saya sendiri
senyum-senyum kepengen tertawa terbahak-bahak tapi merasa tidak enak. Maafkan
saya pak, mungkin bapak masih tertidur lelap atau sedang bermimpi.
Salah satu pekerjaan yang cukup menguras energy yakni
menahan kantuk, mata yang seharusnya tertutup dari aktivitasnya, badan yang hendak
berbaring dipaksa bertahan di malam hari hingga shubuh hadir.
“Pekerjaan kadang mengorbankan kebutuhan tubuh kita”
ooO
Safaruddin Iyando Ooo