Dermaga kera-kera (Tamalanrea) |
Kesempatan
kali ini saya akan bercerita tentang kunjungan saya ke kelurahan Lakkang, Kec.
Talo, Makassar. Sebagian orang mungkin belum mengenal daerah ini termasuk saya
sendiri. Lebih kurang 4 tahun kuliah di Makassar (Unhas) belum pernah sama
sekali menjamah daerah ini apalagi sala satu dermaganya tidak jauh dari tempat
kost saya yakni kera-kera, Tamalanrea.
Lakkang merupakan salah satu
kelurahan dari kec. Talo, Makassar. Kelurahan ini merupakan sebuah Delta karena
tempat ini dikelilingi oleh sungai. Akses transportasi untuk bisa sampai di
sini yakni menggunakan perahu bermesin.
perahu bermotor sebagai alat penyebarangan |
Penyeberangan
seperti ini mengingatkanku sewaktu berada di Desa Loa ulung Tenggarong,
Kalimantan Timur. Di mana Desa Loa Ulung dibatasi oleh sungai Mahakam. Jadi
untuk bisa ke Tenggarong (pusat keramaian) harus menyeberang sungai Mahakam.
warga dengan perahunya |
Biaya
penyeberangan dari dermaga Kera-kera (Tamalanrea) ke Lakkang (Talo) Rp. 3.000,-.
jika berdendaraan (motor) dikenakan biaya Rp 5.000,- sekali jalan. Jangan
kwatir dengan alat transportasi penyeberangannya karena ada enam (6) buah
perahu bermotor yang siap
mengantar.
mengantar.
Dermaga Lakkang (Talo) |
Salah
satu sejarah yang ada di Lakkang yakni peninggalan bangsa Jepang yang dikenal
dengan nama “Banker”. Awalnya saya mendengar kata ini, saya mengartikannya
sebagai tempat pembuangan tapi walaualam saya belum menemukan referensi fungsi
dibuatnya banker oleh bangsa Jepang kala itu.
Lokasi keberadaan Banker |
Banker yang bisa dimasuki |
Banker yang sudah tidak dirawat (tempat pembuangan sampah) |
Sesuai
dengan data yang ada, terdapat 7 bunker yang dapat kita jumpai. Beberapa bunker
yang ada sudah rusak, ada yang sudah menjadi tempat pembuangan sampah dan juga
sudah tergabung menjadi pondasi rumah. Sungguh sangat disayangkan, melihat
potensi wisata sejarah yang dimiliki beberapa sudah hilang. Wargapun tidak bisa
disalahkan akan kejadian ini karena minimnya pengetahuan tentang bunker.
Sesuai hasil survey pada tanggal 10 Februari
2011 oleh Tim Survey yang terdiri atas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Makassar, Lantamal VI dan Lingkar Penulis Pariwisata (LPP), maka ketujuh bunker
tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Bunker 1, posisi 05
07.300 LS – 119 27.914 BT, dengan ukuran ± 3 m2 dengan kedalaman ± 3 m, yang
diperkirakan tempat pertahanan dengan adanya bekas tempat stelling
senjata.
2.
Bunker 2, posisi 05 07.259 LS – 119 27.923 BT, dengan
ukuran ± 10 x 3 m dengan kedalaman ± 3 m, yang diperkirakan tempat
penyimpanan logistik.
3.
Bunker 3, posisi 05
07.267 LS – 119 27.912 BT, dengan ukuran ± 3 x 2 m dengan tinggi ± 3 m, yang
diperkirakan tempat pertahanan dooper.
4.
Bunker 4 dan 5 (Bunker Utama), posisi 05
07.280 LS – 119 27.914 BT, diperkirakan tempat perlindungan utama.
5.
Bunker 6, posisi 05
07.270 LS – 119 27.925 BT, dengan ukuran ± 3 x 3 m dengan kedalaman ± 3
m, yang diperkirakan tempat persembunyian.
6.
Bunker 7, posisi 05
07.262 LS – 119 27.294 BT, ukuran ± 8 x 3 m dengan
kedalaman ± 3 m, yang diperkirakan tempat logistik.
Bardasarkan foto yang saya dapat, kelurahan ini
telah dilakukan perbaikan dalam pelestarian dan pengembangan bakat dari
masyarakat di antara terdapatnya sanggar seni. Menurut hemat saya, kelurahan
ini bisa dijadikan kelurahan percontohan “green village” atau English village seperti
yang ada di Pare, Malang. Hal ini dikerenakan keluarahan ini agak jauh dari perkotaan serta jauh dari polusi (kebisingan)
serta cocok dijadikan taman bermain dan belajar untuk anak-anak.
Sanggar Seni |
Jalannya telah di pavin |
Satu hal lagi yang tidak kala
indah yakni persawahan warga yang membentang hijau. Selain bisa dijadikan
tempat belajar mengambil gambar landscape, tempat ini juga cocok untuk
mengambil gambar pascawedding (Obsesi
Fotografer).
Pondok petani sebagai tempat istrahat di sawah |
Mungkin itu sedikit cerita
dariku, mudah-mudahan dapat menginspirasi teman-teman untuk berkunjunga ke
tempat. Makasih banyak tema-teman sepakat crew yang sudah mengajak saya ke
tempat ini. Wait, in next section.
Don’t be a tourist but a traveller.
Dermaga Lakkang |