expidisi puncak latimojong

Pada hari minggu, 8 januari 2012 saya, wisnu (ketua LDK FKMKI UNHAS) dan 3 dari KPA WAHANA SULSEL (munatsir. teta dan syarif ) membicarakan tetang keberangkatan ke gunung latimojong yang berada di kabupaten enrekang. Dari hasil pembicaraan kami sepakati bahwa keberangkatan kesana yakni pada   hari senin, 9 januari 2012 dan titik kumpul di sekret LDK FKMKI UNHAS (wesabe blok D23, tamalanrea). 
Latimojong adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan, yang memiliki tujuh puncak, dengan puncak tertinggi Rante Mario dan ketinggian 3.680 meter di atas permukaan laut. Membentang dari selatan ke utara, Latimojong sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, sebelah utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah selatan dengan Kabupaten Sidrap, dan sebelah timur dengan Luwu sampai pinggir pantai Teluk Bone.
pada hari senin, 9 januari 2012 kami star dari makassar menuju enrekang pukul 09.00 pagi menggunakan mobil panter yang mana sudah kami hubungi sebelumnya untuk datang di jemput disekret (wessabe). dari makassar ke enrekang kami melewati beberapa kabupaten yakni makassar-Kab. Maros- Kab. pangkep- Kab. barru- Kab. Pare-pare- Kab. Enrekang. kami  sampai di enrekang (pasar baraka) pukul 16.00 wita yakni sekitar 7 jam dari kota makassar dengan ongkos panter 60 ribu/orang.setelah itu kami mencari mobil (hartop) yang menuju dusun Rantelomo desa latimojong yakni dusun terakhir yang bisa mobil masuk. dari informasi warga bahwa mobil yang ke dusun tersebut sudah berangkat siang tadi sehingga kami putuskan mencari pete2 yang bisa mengatarkan kami di Gura yakni dusun yang jalannya teraspal (bsa dilewati pete2 setelah dusun itu hanya mobil hartop yang bisa lewat).
perlu di ketahui juga bahwa mobil yang ke dusun Rantelemo yakni hari senin & kamis sekitar pukul 11.30 untuk menunggu di pasar baraka selanjutnya dari Rante lemo yakni hari minggu & kamis.
kami sampai di Gura pukul 17.20 wita dengan biaya 15 ribu/orang dan biaya mobil langsung ke rante lemo yakni 30 ribu/orang. selanjutnya kami lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan sampai di dusun rante lemo pukul 22.00 dan istrahat di sebuah mesjid di dusun ini yakni mesjid nurul yakin.
Dari pete2 yang melaju di jalan beraspal, terlihat pemandangan rumah panggung berjejer. Hasil pertanian, seperti kopi, dijemur di halaman. Rumah-rumah itu dibatasi oleh kebun salak. Kabupaten Enrekang memang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil salak di Sulawesi Selatan.
keesokan harinya yakni selasa, 10 januari 2012 pukul 6.30 wita kami melanjutakan perjalanan ke Dusun Karangan, Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Enrekang dan sampai di dusun tersebut pukul 8.30 wita. Inilah dusun terakhir sebelum mendaki Gunung Latimojong.
Walau terpencil, penduduk dusun itu dapat menikmati penerangan listrik. Namun, bukan dari PLN. Secara swadaya masyarakat memanfaatkan aliran sungai dan memasang kincir air yang menghasilkan daya, kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga.
Belum jauh dari dusun, terhampar pemandangan pohon-pohon kopi di sisi kiri dan kanan jalan setapak, dengan buah merah mencolok. Tampak pula karung yang berisi biji-biji kopi yang baru dipanen.
Medan makin menanjak. Sebelum tiba di Buntu Kacillin, sebutan untuk Pos I, perjalanan harus menyeberangi 3 sungai dengan meniti beberapa batang pohon yang melintang di atas sungai. Kemudian kami melalui beberapa lahan yang baru dibuka oleh warga untuk perkebunan kopi.
Dari sana, jauh di bawah, tampak indahnya pemandangan yang hijau, dan dari kejauhan tampak desa-desa permukiman warga setempat. kami sampai di pos I pukul 10.12 wita dengan ketinggian 1840 mdpl.

Selanjutnya adalah wilayah hutan lebat. Kondisi jalan pun sudah mulai tidak bersahabat. Bahkan terkadang kami harus meniti pinggiran jurang dengan berpegangan pada akar-akar pohon. Rasa takut kadang tiba-tiba datang jika melihat ke bawah jurang. berpegangan pada akar-akar pohon.
Menuju Sarungpa’pa–sebutan untuk Pos II–jalan tidak selalu mendaki. Semakin dekat menuju Pos II, jalan menurun dan licin karena lembap. Sarungpa’pa berada di pinggir sungai. Tidak begitu luas, hanya berupa bongkahan batu besar yang agak lapang dan gua batu terbuka. Namun, tempat ini menjadi salah satu pilihan bagi pendaki untuk beristirahat, bahkan menginap karena dekat dengan sumber air. jaraknya sekitar 0,9 km dari POS I dan kami sampai di POS II pukul 11.46 wita. sekitar 2 km dari POS II ada jalan menuju air terjun Pak-Pak. di pos II ini kami istrahat untuk makan siang dan sholat.
Medan berikutnya menuju To’nase (Pos III) sangat sulit walau jarak tempuhnya pendek. Tebing dengan rata-rata kemiringan 70-85 derajat, belum lagi kondisi tanah yang licin, mengharuskan kami untuk memanjatnya. kami sampai di POS III pukul 14.45 wita yakni sekitar 0.6 km dari POS II dengan ketinggian 1940 mdpl.
Perjalanan menuju Pe’uwean (Pos IV) lebih bersahabat meski mendaki. Akar-akar pohon sebagai tumpuan dan pegangan tersusun lebih rapi. Begitu pula dengan batang pohon yang menjadi tumpuan alternatif. Kondisi hutan pun makin lebat dan lembap. kami sampai di POS IV pukul 16.00 wita sekitar 1 km dari pos POS III dengan ketinggian 2140 mdpl.

setelah istrahat sejenak kami lanjutkan lagi perjalan ke Soloh Tama (Pos V) sekitar 1,2 km dari POS IV. kami sampai di POS V pukul 17.30 wita dengan ketinggian 2480 mdpl. kami putuskan untuk menginap di POS ini berhubung rasa letih dan lapar yang menyerang kami. di POS ini juga  merupakan tempat terdapatnya sumber air sekitar 100 m dari  tanda POS.
Perjalanan menuju puncak Rante Mario dilanjutkan pukul  03.00 shubuh. Pos demi pos selanjutnya pun kami lalui. pada pukul 03.40 akhirnya  sampai ke Paperangian (Pos VI)  yang kami  rasa lebih singkat walau medan lumayan licin karena banyak batu besar. jarak dari POS V ke POS VI sekitar 0,6 km dengan ketinggian 2940 mdpl.
selanjutnya kami lanjutkan perjalan ke POS VII (Buntu Lobu) dan sampai di POS VII pukul 04.51 wita dengan ketinggian 3100 mdpl. disini kami melakukan shalat shubuh karena di  sini terdapat sumber air sekitar 100 m dari tanda POS. biasa pendaki juga melakukan camp di pos ini karena terdapat sumber air.
selanjutnya kami lanjutkan ke POS VIII (rante mario) pukul 05.45 wita. kami sampai di puncak gunung latimojong pukul 7.30 wita. (3680 mdpl). cuaca cukup cerah sehingga indahnya pemandangan dapat dirasakan walaupun rasa letih menghampiri tapi semua itu terobati sampainya kami di puncak.  rasa syukur kepada Allah yang langsung kuucapkan karena ciptaanNya yang begitu indah.



POS V


POS III

POS I

POS II





  

POS VIII (PUNCAK)









2 komentar